HALAMAN

Minggu, 18 Desember 2011

Yamaha RX-S, Jurus Piston Pincang Jadi Jawara


Konon Yamaha RX-S tunggangan Supriyanto alias Upil ini jawara trek malam di kawasan Jakarta Selatan. Pun kerap diadu dengan motor milik bengkel yang ada di Jakarta. Yang membuat RX-S jadi kencang karena piston sudah dipotong. Tapi, kenapa mesti dipotong ya?

Pastinya bagian yang dipangkas salah satu kaki piston. Jadi, kaki piston tinggal satu.  “Banyak bengkel potong dua kaki piston. Tapi, dari pengalaman buat mesin 2-tak cukup dipangkas satu. Kalau keduanya malah kelewat enteng,” ujar Budi Yanto, mekanik Madcat’s Racing, di Jl. Raya Universitas Pancasila No. 7A, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Target pangkas satu kaki  piston untuk mengejar putaran atas. Dengan piston dipotong satu kaki, gasingan atas semakin tajam. “Apalagi, trek jalanan yang dipakai panjangnya 700 meter. Terasa sekali putaran atasnya,” urai Supri yang juga merangkap sebagai joki.

Lebih jelas, Budi cerita ubahan ruang bakar RX-S. Karena piston aslinya cuma sampai oversize 100, piston Daytona oversize 250 dipakai. Itu supaya power jadi tambah besar. Linernya tetap pakai orisinal.

Setelah penggantian piston, bibir silinder head juga ikut dipapas 3mm dengan squish 14 dan lebar 7mm. “Kompresi jadi tambah padat sehingga torsi yang dihasilkan cukup besar,” tambah Yanto, ayah dua anak ini yang bilang memakai silinder head dan blok Yamaha RX-King.

Biar proses masuk dan keluar campuran bahan bakar-udara fokus, blok silinder dikorek. Tinggi lubang buang jadi 25mm kalau diukur dari bibir silinder yang ukuran standarnya 29mm. Lubang transfer dan membran hanya diperbesar 2 mm. “Dengan begitu jadi mengurangi hambatan," ucap mekanik yang biasa garap motor 2-tak ini.
Mengimbangi bobot piston yang sudah berkurang, pria asal Tegal, Jawa Tengah ini, memberatkan kruk-as dengan cara dibandul. Rasio asli bawaan motor juga harus dilengserkan dan diganti rasio racing yang close.

Kelar mesin, pria bertato ini melanjutkan ke pengabutan. Mengaplikasi karburator Yamaha RX-Z. Direamer jadi 31mm. Paduan main 145 dan pilot-jet 45.

Demi membakar sempurna, pasokan BBM di ruang bakar, mengandalkan pengapian CDI standar dan koil Nology. “Selain api pembakaran lebih besar, torsi lebih cepat dan tarikan atas sampai bawah ngisi terus," aku mekanik ramah ini sembari bilang knalpot asli bobokannya.

Ok deh.   (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan: Comet 50/90/17
Ban belakang: Comet 60/90/17
Pelek depan: TDR 120/17
Pelek belakang: TK 140/17
Membran: V-Force

Yamaha Jupiter-Z, Modal Seemprit Bisa Ngibrit

Di ajang arena kebut malam, Yamaha Jupiter-Z milik Ivan Sutisna termasuk disegani. Padahal kalau mau buka-bukaan spek motor ini mengandalkan komponen standar.

“Cuma stroke aja sudah naik biar kapasitas mesin meningkat,” jelas Ivan Sutisna yang tinggal di Jati Raden, Pondok Gede, Bekasi.

Untuk bikin Jupiter-Z ini bisa ngibrit, ubahan motor ini memang hanya mengandalkan part standar. "Maklum modalnya terbatas jadi ngandelin part standar dari motor lain,” lanjut Ivan.

Ivan juga ingin membuktikan bila komponen lokal juga bisa diandalkan, tidak hanya tergantung pada part racing. "Biasanya kalau bikin motor kenceng banyak bengkel yang mematok sampai puluhan juta, Jupiter-Z ini cuma ngabisin dana Rp 2 juta," rinci Ivan.

Kuncinya untuk membuat dapur pacu lebih beringas dijalani dengan cara naik stroke sampai 6mm. “Untuk setang piston masih mumpuni mengandalkan milik Yamaha RX-King dan piston standar CBR 150 oversize 250 yang diameternya 66mm,” celetuk Ndut mekanik Montong Jaya Motor di Jati Padang, Jaksel.

Pen piston tetap mengandalkan milik RX-King cuma biar piston CBR bisa pas dibuatkan kupingan sebagai bahan bos dari bahan albronch.

“Biar piston enggak nongol saat blok dipasang diganjal paking setebal 6mm dari bahan pelat aluminium,” lanjut Ndut.

Areal kepala silinder pastinya ikut kena olah, tarikan Jupiter-Z mampu melibas trek 500 meter, kem ikut dimodifikasi. Sayang Ivan Sutisna tidak begitu ngerti ubahan pasti yang sudah dilakukan. Ngukur durasinya gak ngeh.

Yang jelas agar aliran bahan bakar lebih deras klep masuk mengaplikasi 33mm dan klep buang 28mm. “Klepnya pakai klep motor lokal cuma dibubut payung klep dan batangnya,” ujar Ndut yang sekalian mengubah sitting klep.

Biar kompresi lebih padat dan kepala silinder enggak mentok piston, kubahnya mengalami ubahan. Bagian kubah diatur ulang lebih lebar meyesuaikan diameter piston dan bibir head dipangkas sampai 3 mm. Sedangkan per klep mengandalkan milik standar Honda Sonic.
Untuk areal pengapian seluruhnya masih mengandalkan part standar bawaan motor, seperti magnet juga tidak ada yang kena bubutan. Begitu juga dengan koilnya masih bawaan Jupiter-Z. "Cuma CDI saja yang pakai standar milik Yamaha Crypton," cerocos Ndut.

 Sedang untuk memperlancar saluaran buang, urusan itu dipercayakan pada knalpot lokal garapan bengkel Pac Man. "Tapi, ukuran pipa dan modelnya sudah dikasih spek yang pas dengan ubahan mesin," tutup Ndut yang order silincer knalpot lebih besar.

Reamer Karburator

Turun di kelas standaran ajang kebut malam alias balap liar, Yamahas Jupiter-Z pacuan H. Deny kerap jadi perhatian pada areal karburator. Malah selalu jadi perhatian saat proses scrut dadakan.

Namanya main standaran salah satu syaratnya karburator harus bawaan motor alias standar. Tinggal pandai-pandai mekanik mengakali peranti penyuplai bahan bakar ini. "Makanya kalau ada lawan yang penasaran silakan periksa langsung karburator," lantang Ivan Sutisna yang satu tim.

"Karburator memang masih pakai standar bawaan Jupiter-Z cuma diameternya lubang skep sudah direamer," jelas Ndut yang sepertinya enggak menjelaskan secara detail ukurannya.

Namun untuk kebutuhan trek lurus sepanjang 500 meter, pas seting spuyer mengandalkan pilot 100 dan main-jet 27,5. "Mulai dari tarikan bawah sampai atas tenaga ngisi terus," tegas Ndut yang sudah bawa besutannya keliling berbagai lintasan kebut malam.   (motorplus-online.com)

 DATA MODIFIKASI
Ban depan  : IRC 60/90-17
Ban belakang   : IRC 60/90-17
Knalpot    : Custom
Gir : 17/25
MJM: (021) 92229456 

Yamaha Jupiter-Z, Menang Karena Main Dukun?

Jupiter-Z yang digeber Dani Tilil ini sudah mengusung mesin 230cc. Disegani lawan bahkan digosipin main magic. Karena korekan Robby Krisbiyanto yang karib disapa Robby Bontot dari Bontot Jaya Motor (BJM) ini kerap menang.

Bahkan dulu dikabarkan Suzuki Shogun 110 garapan Bontot tidak ada lawan dibilang pakai jampi-jampi. Dan sekarang, begitu Jupiter-Z ini langganan menang pun dibilang lantaran Dani Tilil pakai rompi dari ‘mbah dukun’. Edan kan?

Oh iya, kapasitas silinder melonjak jadi 230cc itu didapat dengan menaikkan stroke. Agar didapat stroke yang ekstrem, harus menggunakan setang piston mesin 2-tak. Alasannya karena conecting rod 2-tak punya big end kecil.

Sehingga dengan kecilnya big end, pin kruk as bisa digeser jauh posisinya. Untuk itu menggunakan setang piston RX-Z. Posisi pin geser 6mm, otomatis kenaikan stroke jadi 12mm.

Selain naik stroke, untuk meningkatkan kapasitas silinder ditempuh dengan cara bore up. Untuk bore atau diameter piston besar, pasang piston Honda Tiger 2000 oversize 300 dengan diameter 66,5mm.

Dengan begitu, kapasitas silinder bisa dihitung. Stroke standar 54mm naik 12mm, jadinya stroke total 66mm. Menguntungkan karena kondisi bore x stroke berakibat hampir square. Yaitu 66,5 x 66mm. Akhirnya kapasitas silinder jadi 229cc, kalau digenapkan, ya jadi 230cc.

Selain itu ditunjang karakter kem yang dipercaya lebih tangguh mulai dari rpm bawah hingga jarak 500 meter atau pada saat gigi top- speed. Makanya tidak ada jeda ataupun hilang tenaga ketika proses pindah gigi. Bentuknya mengarah ke bentuk profil bubungan yang lebih kurus juga tinggi.

“Lalu beda profil kem jarak 500 dengan 800 meter adalah di tinggi kem standar sama-sama dibikin naik 2mm alias tambah daging. Cuma untuk lebar pinggang, buat jarak 500 meter dibikin agak kurus dari standar. Kalau awalnya 26/21mm, kini dibikin jadi 28/17,5mm diukur pakai sigmat,” lanjut Robby.

"Jujur ini tantangan berat buat saya, karena baru pertama bikin mesin untuk trek pendek. Namun terbukti ubahan mesin untuk jarak 500 meter lebih sulit dibanding buat trek 800 meter ke atas, terutama soal setingannya. Saya pun sampai pusing untuk mendapatkan hasil maksimal lantaran fokus pada ubahan profil kem ini,” imbuh Bontot.

Untuk suplai gas bakar menggunakan karbu Suzuki Shogun Axelo 125 reamer 26mm dengan setingan spuyer 25/112,5. Maksimal diledakkan api busi yang diatur CDI standar Yamaha Crypton di ruang bakar yang pasang rasio kompresi 13,7 : 1.

“Tenaga sebesar itu, kini mesin dipercaya mampu memutar roda belakang yang tetap pasang rasio standar dengan final gir setingan 17/25. Itu khusus setingan buat jarak trek pendek atau 500 meter, lho,” ingat Robby.

Hasilnya seng ada lawan dan katanya memang terbukti. Sebab di pertengahan bulan puasa lalu, motor Jupiter-Z mengkalahkan rival terberat yang cukup disegani di seputaran Jakarta. Menurut Robby, saat itu motornya berjarak setengah tiang lebih di depan motor rivalnya yang bermerek sejenis.

Sayangnya setelah jadi jawara, tunggangan ini vakum dari dunia gemerlap eh, dunia malam lantaran tidak ada lagi lawan berat. "Katanya sih waktu itu ada yang mau ngebal atau main ulang setelah Lebaran.

Tapi, sampai sekarang kabar yang ditungggu tidak sampai terdengar. Makanya sekarang lagi ngangur nih motor,” papar mekanik bermarkas di Jl. Amal No. 37, Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Kini biar Jupiter-Z dapat lawan kembali, dia mengaku pasrah jika ditanya aturan yang kabarnya merepotkan dirinya jika diajak taruhan. Tambah lagi sekarang ini tunggangan dan joki sama-sama digosipkan pakai dukun segala.

"Biar sama-sama enak, bisa kok pilih atau atur waktu kapan bisanya. Biar fair dan tidak lagi dianggap tidak pakai jampi, rompinya bisa dilepas," serius Robby tanpa bermaksud sesumbar. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Camel 45/90-17
Ban belakang : Eat My dust 60/80-17
Sok belakang : Daytona D Ultimate
Knalpot : Custom
Koil : Mitsubishi
Segitiga : Posh Factory
 

Yamaha RX-Z, Disumpal Piston RX Jambret


Buat main di trek lurus malam hari, masih banyak juga yang mengandalkan pacuan 2-tak. Salah satunya, Yamaha RX-Z milik Hafizt yang tinggal di Jl. H. Nawawi No. 8, Cibinong Bogor, Jawa Barat.  

Malah, kuda besi kesayangannya itu sering menang di trek kawasan Taman Mini, Jakarta Timur dan Pemda Bogor, Jawa Barat. “Rahasianya, cuma menggunaan piston Yamaha RX-King oversize 50,” jelas Dieen, mekanik Bortune Motor (BM) di Jl. Wibawa Mukti Padurenan, Jati Asih, Bekasi selaku yang mengerjakan.

Pemilihan piston RX-King atau RX Jambret menguntungkan. Karena sama  seperti main bore up. “Biar volume silinder lebih besar, piston RX-King tadi dipilih yang oversize 50,” yakin Dieen lagi.

Alasan teknis bisa dilihat dari ukuran piston yang dimiliki RX-King dan RX-Z. Diamater piston RX-King lebih besar, yaitu  58mm. Sedangkan asli  RX-Z hanya 56mm.

Kalau sekarang menggunakan piston RX-King oversize 50, berarti diameter piston yaitu mencapai 58,5mm. Dipadukan dengan stroke RX-Z standar.  Stroke RX-Z yaitu   54mm. Lebih panjang dibanding stroke RX-King  yang hanya 50mm.  Maka itu, ketika dikombinasikan, isi silinder ikut naik.

Alasan itu pula yang mendasari kenapa dipilih RX-Z sebagai pacuan balap liar. Karena kondisi standar saja stroke atau langkah pistonnya sudah 54mm. Silakan bandingkan dengan RX-King yang hanya 50mm. Bedanya sampai 4mm. Lumayan jauh. 

Dari situ juga bisa dihitung. Menggunakan rumus volume silinder bisa dikalkulasi lebih detail. Dengan diameter  piston 58,5mm dipadukan stroke RX-Z yang 54mm. Hasilnya kapasitas silinder akhir jadi 145cc. Berarti naik 12cc kalau dibanding volume silinder standar RX-Z yang hanya 133cc. Angka segitu lumayan berarti di lintasan balap liar. 

Sebagai otak akselerasi di engine 2-tak, korekan pada bagian blok silinder juga sangat berpengaruh, lho. Yaitu, lubang transfer dan lubang membran. Tapi oleh Dieen, kedua bagian itu cukup hanya dihaluskan saja sekitar 2mm. Maksudnya lubang transfer dan bilas dikerok ke atas setinggi 2mm.

Paling penting lagi, untuk mesin 2-tak terutama mengangkat bagian kulit jeruk. Sehingga, aliran bahan bakar dan udara bisa deras mengalir ke ruang bakar. Istilahnya jadi sedikit hambatan. Tradisi seperti ini juga jadi pekerjaan wajib mekanik di era mesin 2 langkah.

Lalu untuk menggapai putaran mesin menjadi cepat naik, posisi lubang buang juga dikerok ke atas. Selain itu lebarnya juga sudah dibuat menganga. Itu ditempuh demi derasnya pengabutan.
“Pada bagian exhaust dikorek menjadi 29mm yang standarnya 23mm. Karbu rator tetap pakai RX-Z. Seting spuyer saja yang dimainkan. Main-jet pakai 155 dan pilot-jet cukup 45,” kata Dieen sembari bilang kalau pengapian masih standar.

Buat menemani ubahan di bagian silinder blok, kepala silinder juga ikut dipapas 2mm. Tentu, biar kompresi ikut naik. Setelah dipapas, lebar kubah dibuat jadi 10mm, squish dimainkan di angka 12ยบ.

Squish sengaja dilebarkan jadi 10mm. Dimaksudkan agar putaran bawah lebih bertenaga. Juga dalam rangka mengimbangi lubang buang yang sudah dikorek naik ke atas.

Terakhir, demi menyempurnakan setingan pada bagian mesin, knalpot orisnal harus diganti dengan pipa buang model kolong berbahan pelat besi merek AHM. “Kalau knalpot standar masih sedikit nahan di puturan atas. Tapi, kalau ini tidak ada nahan sama sekali,” pede pria yang selalu senyum ini.

Awas kering! (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Pelek depan    : TK 1,40x17
Pelek belakang: TK 1,40x17
Ban depan       : Comet 60/80-17
Ban belakang    : Comet 60/80-17

Yamaha Jupiter-Z, Seher Kuat dan Ringan


Eko Chodox mempu juara 3 di kelas 130 cc. Tepatnya pada Mizzle Super Drag Bike Competition yang dipentas dua minggu lalu di Sleman, Jogja. Yamaha Jupiter-Z yang digebernya mampu tembus 8,44 detik. Rahasianya menggunakan seher Daytona.

Piston buatan Daytona ini memang sedang naik daun. Bahkan paling duluan banyak dipakai di road race. “Untuk turun di kelas 130 cc, dipilih menggunakan diameter 55,25 mm,” buka Yusron sang mekanik.

Katanya termasuk jenis piston forged. Sehingga lebih ringan namun kuat. Apalagi badan seher cukup kecil. Sehingga bidang kontak dengan dinding liner jadi sedikit. Otomatis gesekan juga semakin kecil. Membuat power mesin tidak banyak terbuang.

Menurut Yusron, piston ini juga didukung material yang bagus. “Enggak ada yang keropos,” jelas Yusron yang malamnya balap di Tasik, besok di Sleman. Makanya catatan waktunya kurang bagus. Kecapean jokinya.

Padahal Jupiter ini pernah mencatat rekor 8,20 detik. Ketika balapan di Manahan, Solo. Hasilnya juara ke-1.

Kembali ngomong seher yang dibanderol Rp 250 ribuan itu. Harus diperhatikan ring seher bawaannya. Menurut Yusron kurang bagus. “Supaya maksimal dianjurkan gunakan ring merek Riken yang dibeli di pasaran” jelas mekanik yang bicara dengan logat Jowo ini.

Kepala seher juga harus diatur ulang. Supaya rasio kompresi 12,6 : 1 yang dimau bisa tercapai. Caranya dipapas sekalian dibuatkan coakan untuk tonjokan klep. “Supaya aman, pinggir seher dibuat mendem di blok silinder 0,6 mm,” jelas mekanik dari Jl. Raya Tajem No. 64, Sleman, Jogja itu.
Menggunakan klep isap 28 mm dan buang 24 mm diambil dari Honda Sonic. Panjang batang katup dari bos klep 32 mm. Supaya per klep Jepang ketika dipasang tidak terlalu keras. Tidak banyak mengurangi tenaga motor karena gesekan kem dan pelatuk.

Selain itu, rasio dan final gir disesuaikan. Lihat data modif!

Karbu Reamer

Untuk suplai gas bakar, Yusron pilih menggunakan karburator Keihin PE 28. Aslinya diameter venturi hanya 28 mm. Oleh Yusron pilih yang reameran 32,5 mm. Karakter karbu PE 28 memang bagus di rpm bawah. Tidak mudah ngok, sehingga enak untuk akselerasi.

Selain direamer, sudah pasti spuyer juga diatur ulang. Mengikuti cuaca dan kondisi sirkuit. Apalagi selain main siang, kadang main malam juga.

Sebelum pasang karbu besar, korekan di kepala silinder dimainkan. Squish dibuat 9 derajat. Untuk lubang isap dibuat 25,8 mm. Sementara lubang buangnya disamakan dengan diameter payung klepnya yang 24 mm. Pas dipadukan dengan knalpot R9. (motorplus-online.com)

Yamaha Mio, 250 cc Paking Selembar


Ini tantangan yang menarik. Mengorek Yamaha Mio sampai extrem tapi tampilan mesin terlihat standar dengan yang powernya bengis. Itulah cara yang dilakukan Chandra Sopandi dari bengkel bubut Master Tjendana, Bandung. 

Merakit Yamaha buat untuk balap liar sekaligus drag resmi. Chandra akali supaya bisa mendongkrak kapasitas silinder sebesar-besarnya namun tampilan mesin standar. Caranya ditempuh dengan bore up dan stroke up tapi paking masih selembar.

Aksi bore up paling gampang ditempuh. Tekniknya aplikasi seher besar yang dicomot dari Honda CBR 150R. “Dipilih yang punya diameter 67,5 mm,” jelas pebengkel yang bermarkas di Jl. Pagarsih, No. 146, Bandung itu.

Wah, besar banget ya. Itu sih sama saja dengan aplikasi seher CBR 150R oversize 400. Kan standarnya hanya 63,5 mm. Tapi, tidak aneh karena seher besar ini sudah banyak di pasaran.

Selanjutnya Chandra berpikir agar naik stroke besar tapi paking blok tetap standar alias selembar kertas. Sebab kalau menggunakan seher CBR dan setang seher standar, kenaik tertinggi maksimum 6 mm. Chandra mau yang lebih extrem lagi.

Lantas Chandra berpikir menggunakan setang seher yang lebih pendek dari asli Mio. Namun dipastikan piston akan mentok bandul kruk as ketika posisi TMB (Titik Mati Bawah).

Supaya aman, Chandra memang pilih setang seher yang lebih pendek. Tapi, big end dipilih yang lebih kecil. Teknik naik stroke tidak menggunakan pen stroke. Dia lebih memilih menggeser lubang big end di bandul kruk as.

Akhirnya melalui perhitungan yang matang dan beberapa kali percobaan didapat hasil memuaskan. “Korbannya beberapa seher pecah akibat menabrak bandul kruk as,” jelas Chandra yang sudah mengorbankan 4 seher untuk riset.

Kini stroke atau langkah seher sudah naik lumayan extrem. Sudah lebih naik 12 mm. Jadinya kapasitas silinder bisa dihitung. Menggunakan kalkulator dipadukan dengan diameter seher yang 67,5 mm, maka kapasitas silindernya jadi 250 cc.

Suatu angka yang lumayan besar. Namun dari beberapa kali tes dengan jarak 201 meter belum didapat waktu yang mendekati motor-motor 300 cc Thailand. Mungkin karena berat joki.

Tapi, untuk ukuran motor balap liar bisa dibilang lumayan. Tinggal seting rasio dan komponen CVT. Menyesuaikan jarak yang akan ditempuh. Kini rasi sudah menggunakan ukuran 15/38 karena untuk trek 201 meter.
klep 34/30
Sebagai tukang pasang klep besar, dipastikan mudah aplikasinya. Untuk kapasitas silinder yang sudah buncit, Chandra memilih menggunakan klep isap 34 mm. Sementara klep buangnya pilih yang 30 mm.

Lubang isap dikorek sampai dengan 31 mm. Untuk lubang buangnya dibikin jadi 28 mm. Suplai bahan bakar menggunakan karbu Mikuni 30 mm. Jenisnya jadul abis karena pengabut bahan bakar tipe ini sempat ngetop sebelum karbu RX-King beken.

Spuyernya diseting sesuai suhu Bandung. Main-jet menggunakan ukuran 135 dan pilot-jet 35. Ukuran spuyer ini tanpa reamer karburator. 

Untuk per klepnya menggunakan pegas punya Honda Sonic. Namun dimodifikasi lagi supaya punya lift yang lebih tinggi. Juga supaya lebih keras lagi.

Paling penting lagi, penggunaan knalpot. Kata mekanik nyentrik ini, pilih menggunakan buatan dewek. Bentuknya lebih panjang yang katanya lebih bertenaga di trek panjang. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Roller : Rata 12 gram
Rumah roller: Big pulley
Per CVT : 2.000 rpm
Ban belakang : Eat My Dust 60/90-17
Master Tjendana: 0811-22-7871

Yamaha Vega, Setingan Ala Road Race


Yamaha Vega oranye ini kencang bermain di trek lurus 201 meter kelas bebek s/d 130 cc 4-tak tune up. Catatan waktu yang diraih dari tiga joki berbeda (Hendra Kecil, Eko Chodox dan Tony Chupank) selalu bermain di 8,2 detik. Ketika bermain di Pertamina Enduro Pertamax Corsa Dragbike Championship 2011 dua minggu lalu di Kemayoran, Jakarta Pusat. Hendra kecil juara 1.

Tak lepas dari ramuan seting ala Jupiter di IP1 (IndoPrix) atau MP1 (MotoPrix) yang sentuh batasan 130 cc. Apalagi, di belakang layar terdapat salah satu mekanik kondang. Yaitu, Haris Sakti alias Mletis. “Ini proyek iseng. Kebetulan ada sedikit waktu,” ungkap pria punya workshop MBK2W di Jogja.

Tunner muda yang punya bakat ini, meracik Vega agar punya power dan torsi besar di putaran bawah. Seperti disebut di atas, seting yang diterapkan tak ubahnya engine buat road race.

"Bisa dibilang, hampir semua part diganti pakai milik Jupiter. Perbedaan paling signifikan ada di rasio,” beber tunner yang juga bergabung di tim Yamaha Yamalube FDR KYT Trijaya itu.

Perbandingan gigi rasio, dibuat lebih berat. Tujuannya, buat mencegah power liar ketika start. Untuk gigi I, main di 14/34 mata. Gigi II, 16/28 mata. Gigi III, tetap pakai standar Jupiter. Yaitu, 21/29 mata. Sedang gigi IV, pilih kombinasi 23/26 agar napas bisa habis sebelum garis finish.

Tapi, belum lengkap rasanya kalau belum bicara dapur pacu! Karena selain rasio, engine juga penentu kemenangan. Mletis andakan piston Daytona diameter 55,25 mm dikombinasi stoke 54 mm. Hasilnya, isi silinder keseluruhan bermain di 129, 1 mm.
Tinggi dome piston dibuat jadi 3 mm. Itu karena head silinder tak terlalu dipapas habis. Ya, cuma 0,7 mm. Akibatnya, perbandingan kompresi yang tercipta melonjak hingga 13,8 : 1. Tentunya, kudu pakai bensol tuh.

Untuk mengejar power bawah agar mampu melesat cepat, magnet Jupiter dipangkas bobotnya hingga tersisa 500 gram. Begitu juga untuk balancernya, bobotnya dibuat sama.

Itu untuk putaran bawah! Tapi, buat kejar putaran atas, tunner yang sukses di dunia road race ini bermain di bagian klep. Pakai klep Honda Sonic, bukan diameter yang dikejar. Melainkan, bobot klep.

Klep isap yang 28 mm, dipangkas bobotnya hingga berkurang 6 gram. Sedang klep buat yang 24 mm, bobotnya dipangkas 4 gram. “Pencapain rpm bisa lebih cepat. Selain itu, bisa pakai per lebih empuk dan bikin kem awet,” kata Mletis sembari bilang durasi kem main di 272ยบ-274ยบ. LSA, sekitar 103ยบ.

Melengkapi kombinasi klep ringan, sengaja tak pilih Mikuni TM 28 mm. Tapi lebih andalkan Keihin PWK 28 mm. “Kotak terlalu spontan. Karena rpm bawah sudah didapat dari part lain. Sedang PWK cenderung main di putaran atas,” tutup pria kelahiran Jogja 1986 itu.

Main-jet dan pilot-jet, diseting agak basah. Yaitu, 118/ 65. Lewat semua seting yang diterapkan, kombinasi final gir 13/31 mata mampu melesatkan Vega ini terus menjadi juara tercepat!  (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Eat My Dust 45/80-17
Ban belakang : Eat My Dust 45/90-17
CDI : Rextor Pro Drag
Karburator : Keihin PWK28 mm
Setang : SPS Racing

Yamaha Mio, Standaran Belum Pernah Putus


Yamaha Mio milik Ipunx Motor, katanya belum pernah putus. Putus artinya belum pernah terkalahkan di kelas standaran wilayah Tangerang. Hebat ya? Katanya lagi, karena menggunakan teori lubang isap D type.

Padahal D type biasa dipakai di lubang buang. Maksudknya untuk menghindari terjadinya turbulensi gas buang. Tapi, oleh Ipunx Motor malah diaplikasi di lubang isap. Kok bisa ya?

Lubang isap dibuat seperti huruf D. Bagian yang melengkung posisinya menghadap blok silinder. Sementara bagian yang lurus menghadap tutup klep. Lebih jelas silakan lihat gambar.

Besar lubang isap jadi susah dilakukan pengukuran. “Pokoknya sekitar 28 mm,” jelas Ipunx Purnomo, mekanik Ipunx Motor yang markasnya masih di rumah saja.

Ukuran lubang in 28 mm,  kata Ipunk  berdasarkan pertimbangan. Pernah dibuat lebih besar. Tapi, malah tidak mau lari di rpm atas. “Meski trek yang dilalui hanya 500 meteran, tetap saja power atasnya diam,” jelas Ipunx.  

Menggunakan lubang isap 28 mm juga berdasarkan pertimbangan penggunaan klep EE5. Katup isap dibuat 34 mm, sementara buangnya jadi 30 mm. 

Sedangkan ruang bakarnya diseting membentuk dome. Rasio kompresinya dibikin cukup rendah. “Bermain di angka 12 : 1,” jelas Ipunx yang pengukuran kompresinya dilakukan oleh   temannya itu.

Kompresi itu didapat dari penggunaan seher 69 mm. Sementara stroke atau langkah piston naik 6 mm dari standar. Berarti stroke sekarang jadi  63,9 mm.

Jadinya kapasitas silinder lumayan besar. Mencapai 238,8 mm, kalau digenapkan jadi 240 cc. Namun paking blok masih selembar kertas. Namanya juga kelas standaran.

Tapi, di Tangerang walaupun kelas standaran membebaskan karburator dan knalpot. Makanya Ipunx menggunakan Keihin PE 28 yang direamer jadi 30 mm. Tinggal pasang karena beli jadi buatan Thailand.
Begitupun knalpot,  aplikasi dari Kawahara khusus drag. “Tipenya K1,” jelas Ipunx dari Taman Cibodas, Tangerang itu.

Satu lagi yang dibebaskan. Yaitu boleh menggunakan CDI racing. Ipunx pilih buatan BRT tipe Dualband kalau dipakai trek 500 meteran.

Seher Forging

Pilihan seher diameter besar, sudah pasti Hi Speed Thailand banyak menyediakan. Variasi ukurannya juga lumayan banyak. Bukan hanya ukuran diameternya, tapi juga ukuran lubang pen sehernya.

Khusus di Yamaha Mio Ipunx Motor, menggunakan diameter 69 mm. Pen sehernya dipilih yang berukuran 15 mm. Supaya bisa langsung klop dengan lubang setang seher yang masih standar Mio. 

Katanya seher buatan Hi Speed ini masuk kategori forged piston. Sehingga lebih kuat tapi juga ringan. Pas dengan karakter motor balap yang butuh part serba enteng. Namun harga di pasaran lumayan tinggi. Mencapai satu juta rupiah lebih.

Khusus untuk Mio Ipunx Motor, pinggir seher dibubut ulang. Supaya tidak mentok kepala silinder. Juga dibuatkan coakan untuk alur klep. Supaya tidak saling bertabrakan.  (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Pilot/main-jet : 45/130
Roller : 10 gram Kawahara
Kampas CVT: Kawahara
Rasio: 16/40
Motor starter: Koso