HALAMAN

Selasa, 19 Februari 2013

RXZ’ 98: RASIO OVERPOWER SABET 7,5 DETIK


Perfoma Yamaha RXZ tim Pamungkas Speed asal Sleman, Jogjakarta ini boleh diplot terkencang saat ini. Tentu saja, mengacu pada prestasi yang diukir sang joki, Muslih Wuri dalam kelas Sport 2 Tak Tune Up s/d 140 cc ataupun saat ikutan bermain di Sport 2 Tak Tune Up s/d 155 cc. Terbukti catatan waktu yang ditorehkan bermain di angka spesial 7,5 hingga 7,6 detik dalam menu lintasan 201 meter.
Diinvestigasi lebih lanjut sebagai salah satu rahasia settingan, maka hitungan perbandingan rasio tergolong nyeleneh dibanding yang lain. Utamanya rasio I dan II yang mengaplikasi angka 30-16 (1,87) dan 31-22 (1,40).

“Jadi ini buatan lokal, bukan rasio Malaysia atapun milik YZ 250 lawas yang banyak dipakai tim-tim yang bermain dengan RXZ. Intinya dibuat lebih berat lagi karena kelebihan power,“ terang Pamungkas, akrab disapa Ndawir yang bermarkas di Jl. Kaliurang Km. 13 Jogjakarta.

Angka rasio menentukan handling dragster. Jika memang menyulitkan harus diramu ulang. Perlu dipahami, rasio tersebut merupakan gawean Win’s Racing yang berbasecamp di Jl. Raya Jogja-Magelang, Pabelan. Sebagai komparasi saja, rasio Malaysia untuk I ialah 31-14 (2,21) dan II nya 31-21 (1,47). Silahkan cermati angka yang ada dalam kurung. Semakin kecil, maka karakter powernya semakin berat dan sebaliknya jika makin besar dipastikan lebih responsif.

Seterusnya untuk rasio III (25-20), IV (24-22) dan V (23-23) sama saja dengan rasio Malaysia. Hanya rasio VI yang berbeda dimana diadopsi 22-24 (0,91), sedang produk Malaysia 27-25 (1,08). Lagi-lagi, memiliki ciri perbandingan yang lebih berat. Cerita masalah rasio, tentu saja merupakan langkah akhir dari urusan korek mesin.  Terutama setelah mengupgrade ruang bakar, termasuk kompresi.

Dalam konteks ini, perlu juga dipahami rahasia dapur pacu dua topik tersebut. Mulai dengan exhaust yang tingginya dibuat 25,5 mm dari bawaan asli yang 29 mm. “Bentuknya mirip kepunyaan YZ 85 seperti kipas. Untuk transfer 41,5 mm,“ ujar Ndawir yang menggunakan pula kopling house YZ 85 dengan dukungan 5 per dibanding
RXZ yang 4 buah.

“Efek lubang buang ini, topspeed selalu isi. Ini yang menjadi nilai lebih RXZ saya,“ timpal Muslih Wuri bisa dikontak di HP 08159419989 dan 081392987988. Pengapian all-in menggunakan Yamaha YZ 125 lansiran 2002. “Agar lebih baik dalam akselerasi, maka timing digeser 18 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas). Titik ledak lebih maju,“ tambah Ndawir yang pede dengan perbandingan kompresi 9 : 1 dimana volume ruang bakarnya 10,9 cc. | ogy

SPEK KOREKAN :
KARBURATOR : Keihin PWM 38 MAIN JET : 150 PILOT JET : 55 PISTON : Oversize 100 PENGAPIAN : YZ 125 (2002) KOPLING HOUSE : YZ 85 KNALPOT : AHM FINAL GEAR : 13-40 (201 M)
http://www.ototrend.com/images/stories/foto/ototeknik/tune/528tune.jpg

Jumat, 15 Februari 2013

Bikin Tespen Multifungsi, Buat Cek Arus AC-DC



Buat yang sering otak-atik kelistrikan motor sudah selayaknya memiliki alat ini. Ya, test pen atawa tespen. Terutama, tespen yang model AC-DC.

“Untuk menentukan mana kabel yang positif atau mana yang negatif lebih mudah,” buka Arys Wahyu Nugroho, salah satu bikers penyemplak Yamaha RX-King asal Salatiga, Jawa Tengah.

Mantapnya, bro Arys punya ide buat mewujudkan itu. Pertama, siapkan tespen model biasa buat basis alat. Lalu, siapkan juga lampu LED beda warna sebanyak dua buah. Misal, biru dan hijau. Tak lupa, resistor dan kabel sepanjang 10 - 15 cm.
Kini, lanjutkan dengan membongkar tespen buat mengeluarkan isi di dalamnya. “Kita ubah lampu yang ada di dalam tespen dengan dua lampu LED yang beda warna tadi,” bebernya.

Tujuan diberi dua lampu LED yang beda warna adalah untuk ketahui arah aliran listriknya. Jika lampu LED yang menyala hanya satu, berarti listik yang mengalir di dalam rangkaian itu searah. Tapi, jika keduanya menyala, bisa dipastikan arusnya bolak-balik.

Selanjutnya kedua lampu LED itu digabung berlawanan. Maksudnya, kaki positif lampu LED yang pertama dihubungkan dengan kaki negatif lampu LED yang kedua. Untuk membatasi arus yang mengalir agar lampu tak putus, di rangkaian lampu ditambahkan hambatan atau resistor.

“Nilai resistor yang dipakai 20 - 50 kilo ohm,” bilangnya. Usai rangkaian lampu selesai dirangkai, kini masukkan ke dalam tespen dan tespen siap digunakan. (motorplus-online.com)

Bikin Moncong Karburator Model Velocity, Agar Gas Speed Meningkat!



Moncong ini bukan sembarang moncong! Tapi, ini kali, bicara soal tren moncong di karburaor standar alias lubang venturi yang dibikin model velocity. Hal ini, memang booming di balap liar. Juga, jadi pilihan di ajang resmi kelas standar.

Dibuat model velocity, tujuannya agar gas speed (GS) meningkat. Maksudnya, campuran bahan bakar yang disalurkan akan lebih banyak, karena alurnya lebih terarah dan sedikit hambatan. Di moncong standar, masih terdapat lekukan yang bisa memperlambat alirannya.

“GS terbukti meningkat setelah pernah dihitung flow bench dengan hitungan CFM (Cubic Feet Minute),” kata Andi Makhrizal, mekanik cerdas dari Adri Racing di Jl. Penggilingan Raya, Komp. Taman Pulo Indah, Blok. L No. 24, Jakarta Timur.
pembuatannya, ambil sampel di karbu Honda Blade. Bisa pakai alat bubut, soal derajat sisi bagian dalam venturi dibikin 21 derajat dan moncong yang mengarah ke luar 35 derajat.

“Tapi, harus hati-hati agar karburator enggak bocor. Untuk motor aplikasi liaran, bagian luar moncong bisa pakai lem Alteco agar enggak bocor. Karena dari sisi terdalam dan terluar ada jeda, agar lebih halus bisa dihaluskan dengan amplas,” jelas mekanik yang tenar dipanggil Andi OP.(motorplus-online.com)

Honda New Blade 110R, Bermain Kompresi Tinggi



Tenaga Honda New Blade 110R yang dipakai Yogi Hermana stabil. New Blade yang digunakan andalan tim Honda Intrac Enduro KYT Medan (HIEKM) di kelas MP1 untuk seri I Street Fire Road Race, OMR Honda Medan, sanggup mengimbangi sirkuit yang banyak tusuk kondenya.

Enggak perlu gantung kopling, tutup gas dan gas dibuka halus, New Blade langsung keluar dari tikungan dengan stabil di trek alun-alun Stabat, Kab. Langkat, Sumatera Utara.

“Bermain kompresi aja kuncinya. Harus berani tinggi supaya tenaganya bisa kejam di putaran bawah. Keluar kelokan bisa lebih cepat,” ujar Bambang Wahyudi yang jadi tunner andalan tim HIEKM, Medan itu.

Juruk korek yang asli Medan itu memang sudah dua tahun menangani Blade. Tunner yang bermarkas di Kita-Kita Racing (KKR), Jl. Setiabudi (ring road), Medan, ini sudah mulai paham bagaimana mengatur kompresi New Blade untuk menaklukan trek patah-patah.
“Kalau sirkuitnya panjang-panjang, saya buat kompresinya maksimal 12,5 : 1. Tapi, di sirkuit pendek dan banyak putar baliknya kompresi minimal 12,7 : 1,” kata Benk-Benk, panggilan akrab Bambang Wahyudi. “Kereta (motor, red) jadi cepat keluar tikungannya,” timpal Yogi yang juga turun di MotoPrix Region 1, Sumatera.

Tapi, Benk Benk enggak mau beresiko. Dia sempat bilang kalau kompresinya sering menggunakan 13 : 1 untuk sirkuit seperti di Alun-alun Stabat. Tapi, kali itu dia hanya mematok kompresi di angka 12,7 : 1.

“Soalnya ketahuan bensol yang kita dapat bercampur sedikit air. Kalau dibikin 13 : 1, mesin cepat panas. Lama-lama mesin bisa ngejem (macet, red),” tutup Benk Benk. Bensol palsu tuh!

SUDUT SOK DIMAJUKAN

Bukan cuma kompresi yang diatur ulang. Tapi, ada bagian lain yang jadi rumus jitu untuk menaklukan trek patah-patah. Tahu kalau akan berhadapan dengan sirkuit yang semua tikungannya putar balik, Bambang Wahyudi, mengubah sudut rake sokbreker belakang.

“Saya majukan 15 derajat pegangan atas sok belakang dari standarnya. Ini pun mengikuti penggantian swing arm,” ulas Benk-Benk yang juga jadi pembina mekanik balap Honda untuk jaringan Honda di Sumatera Utara.

Memang, lengan ayun yang diambil dari motor lain membantu New Blade tunggangan Yogi Hermana lincah menyikat semua u turn alias belokan putar balik. “Seandainya sirkuitnya panjang dan tikungannya pun panjang saya cukup pakai standar,” urai Benk-Benk. (motorplus-online.com)

Kawasaki Ninja 150R, Bukti Eksistensi



Ajang balap kelas sport masih jadi primadona, terutama di seputar Jawa Barat. Mulai dari club event hingga kejurda, starter yang turun di kelas mesin dua langkah ini enggak sepi.

Salah tahu tim yang eksis dan sering menang di kelas ini yaitu tim BRC MG2 yang dipawangi Gina Gunawan. Mengandalkan Kawasaki Ninja 150R lansiran 2007, pacuannya terjun di kelas Sport 2-Tak s/d 150 Open. Posisi tiga besar kerap diraih dengan mudah, seperti juara 1 di LA Light seri Kuningan, Jabar.

“Dari dulu memang eksis di balap sport. Kesannya lebih gentle bila ikut di kelas ini. Apalagi jika sudah dengar raungan suara knalpotnya yang melengking. Terasa gahar,” ujar Gina yang buka bengkel di Jl. Raya Cicadas No. 36, Jatiwangi, Majalengka, Jabar.

Agar tetap di posisi 3 besar, Gina tetap mengacu ubahan mesin yang diusung bermain aman sesuai regulasi kelas sport. Meskipun terlihat sederhana, namun ketangguhan engine putaran atas dan bawah sangat jelas terasa powernya.

Gina lantas coba berbagi resep dengan membeberkan sedikit rahasia ketangguhan dari mesin Ninja tersebut. “Pertama mulai mesin, piston tetap mengandalkan aslinya,” aku pria berbadan kurus, tinggi dan langsing.
Namun untuk mendapatkan tenaga yang gahar dan padat, pada bagian kepala silinder dipapas agar power bawah ikut terdongkrak. Meskipun tidak banyak, Gina mangaku head dipapas 0,5 mm saja. Bentuk kubah dan squish juga ikut diubah.

Lebar squish sekitar 6 mm dengan derajat squishnya 14 derajat. Katup buluh masih menggunakan aslinya, tapi sedikit dimodifikasi menyesuaikan ubahannya saja. Sedang pengapian menggunakan Ninja model lawas yang menerapkan arus AC.

Pada saluran bahan bakarnya, juga ikut dibenahi. Karburator standar Ninja yang Keihin PE 26 itu direamer jadi 30 mm. Ditopang penerapan pilot-jet 60 serta main-jet 140, bahan bakar Pertamax Plus yang digunakan dicampur oli samping Castrol Racing 747.

Hasilnya dirasakan Ahmad Black yang dipercaya menunggangi kuda besi andalan tim BRC MG2 tersebut. Torehan prestasi menyabet beberapa gelar serta beragam piala yang diraih. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan: Battlax 90/80-17
Ban belakang: Battlax 100/90-17
Pelek depan: DID 1,40 x 17
Pelek belakang: DID 1,85 x 17
Sok depan: Ubah lubang suling

Suzuki Satria F-150, Resep Bisa Raih Rekor 7,5 Detik



Bersama Dwi Batank joki drag bike asal Semarang, Suzuki Satria F-150 di tangannya seakan tidak ada lawan. Satria F-150 racikan Wawan Kristianto dari tim Abakura Ditra Jaya, Solo, menorehkan catatan waktu 7,5 detik. Ini merupakan rekor terbaik untuk kelas Bebek Tune-Ip 200 cc.

“Motor ini sebenarnya masih dalam tahap riset. Kemampuan sebenarnya belum bisa dimaksimalkan,” rendah sang tunner. Belum maksimal saja sudah seperti itu, apalagi kalau sudah maksimal.

Mari kita coba kupas motor keluaran 2004 ini. Wawan coba memaksimalkan ruang bakar dengan cara memperbesar diameter silinder. Asumsinya semakin besar ruang bakar maka kebutuhan bensin akan semakin lebih banyak.
Berbekal piston LHK, Wawan berusaha untuk memperbesar ruang bakar. Caranya, tentu dengan memperbesar diameter piston dan bikin lebih panjang langkah piston. “Diameter standar F-150 62 mm. Dengan aplikasi piston LHK itu, diameter berubah jadi 70 mm. Otomatis stroke ikutan naik 2 mm jadi 50,8 mm. Cc-nya jadi 195,4 cc,” bebernya.

Selanjutnya untuk mendapatkan ledakan besar di dalam ruang bakar kompresi dipadatkan. Melalui perhitungan matematika didapat perbandingan kompresi di kisaran angka 13,3:1. Dengan perbandingan kompresi sebesar ini dirasa masih cukup aman dan awet untuk mesin.

Katup masuk-buang bahan bakar juga diperbesar. Dipilih katup isap dan buang dari Kawasaki KLX250 yang punya diameter lebih besar. “Ada kesulitan saat menentukan berapa diameter katup yang akan dipakai karena akan disesuaikan dengan besar piston,” tegas Wawan lagi.
Valve KLX250 tidak bisa langsung dipasangkan karena diameternya masih terlalu besar. Untuk itu, Wawan membubut klep KLX250. Akhirnya, katup isap jadi 24,5 mm dan katup buang jadi 20,5 mm. Ukuran segitu dirasa masih cukup aman dan mampu menghasilkan tenaga optimal dan sesuai harapan .

Durasi pembukaan dan penutupan katup isap maupun katup buang juga diatur ulang. Tujuannya untuk lebih memaksimalkan pemasukan campuran bahan bakar yang disemprotkan karburator Keihin PWK 33. Katup masuk dibuat membuka 30 derajat sebelum TMA dan menutup 60 derajat setelah TMB. Sedangkan katup buang membuka di 60 derajat sebelum TMB dan menutup 30 derajat setelah TMA. “Jadi durasi katup in maupun ex ada di angka 270 derajat,” tegasnya.

Bahan bakar yang masuk sudah banyak dan juga hasil kompresi diyakini akan menjadi lebih padat. Langkah berikutnya adalah seting ulang pengapian. “Pengapian dari CDI Rextor GRM dan selanjutnya timing pengapian diseting di angka 360.”

Inilah yang bikin rekor! (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Piston: LHK
Busi : NGK Platinum
Knalpot: MCC
Sokbreker depan: Yamaha Mio
Sokbreker belakang: YSS ninja KRR
Rem belakang : Honda Karisma
Pelek : Excel Takasogo

Honda Supra X 125, Setingan Racer Agresif!



Eko Ryanto yang pembalap Honda Intrac Kyt Medan, termasuk salah satu pembalap agresif. Itu menurut Bambang Wahyudi selaku tuner tim pasukan Honda yang bermarkas di Medan, Sumatera Utara itu.

Makanya, seting engine yang dbuat untuk Eko pun berbeda dengan Yogi Hermana selaku teman satu timnya. Seperti di Honda Supra X 125 yang dipacu di kelas Bebek 4-Tak Tune Up 125 cc Open (MP1) ini.

“Untuk motor Eko, saya terapkan kompresi sedikit lebih rendah dari motor Yogi. Yaitu, 12,5 : 1. Sedang Supra X 125 Yogi bermain di 12,8 : 1. Ini untuk hindari resiko motor jebol,” beber Bambang.

Begitunya ketika kedua berpacu di sirkuit Pancing, Medan kala event Streetfire Road Racing Championship (SRRC) digelar beberapa waktu lalu, Eko mampu kampiun. Nah, meski kompresi dibuat lebih rendah, tapi Bambang menerapkan teknik kail torsi lebih besar. Caranya, lewat pemakaian magnet standar.

“Sengaja tidak memakai magnet racing seperti milik Yamaha YZ125. Tapi cukup pakai magnet standar yang dibubut hingga beratnya 700 gram,” sebut tuner 35 tahun itu.

Menurutnya dengan metode ini, justru torsi yang dihasilkan menjadi lebih besar. Jadi, bisa mengakali tenaga di putaran bawah. Balancer dibuat jadi 250 gram.
Permainan magnet ini juga ditemani pemakaian CDI BRT tipe Imax 50 step yang seting timingnya bermain di angka 22. “Cara ini justru lebih efektif ketimbang pakai magnet YZ,” timpal tuner yang juga bermarkas di Kita-Kita Motorsport itu.

Menariknya, meski bermain di kelas MP1, tapi seting Supra X 125 ini tak ubahnya pacuan kelas MP3. Lihat saja diameter klep yang diusung. Buat klep, aplikasi milik Honda Sonic yang diameternya dibikin jadi 26 mm (in) dan 23 mm (ex).

Begitu juga karburator yang dipakai! Hanya andalkan Mikuni TM 24 mm. “Berbeda dengan motor Yogi yang pakai klep 28/ 23 mm dan karburator TM 28 mm. Tapi justru seting motor ini lebih kabur dari motor Yogi,” beber pria asal Jawa kelahiran Medan itu.

Sukses bro! (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan: FDR MP57 90/80-17
Pelek: Excel Takasago 1.60 x 17
Cakram: Daytona
Grip gas: TDR
Knalpot: AHRS F4

Yamaha Scorpio-Z, Makin Puas dengan 400 cc



Di kelas motor sport tanggung, Yamaha Scorpio-Z punya kapasitas silinder termasuk paling besar. Meski angkanya masih di bawah Suzuki Thunder 250 yang sempat beredar di jalan pada eranya.

Tapi, buat Sunarto Rusli yang tinggal di Angke Indah 5, Jakarta Barat, performa Scorpio-Z miliknya dirasa kurang mumpuni. Apalagi jika dihadapkan dengan bobot motor yang cukup berat. Makanya doi kepingin dongkrak performa melalui bore-up mesin biar lebih sip diajak turing.

“Pemilik hobinya turing. Pengin power dan torsinya lebih, lalu saya tawarkan bore up sampai 400 cc. Bisa aja sampai 500 cc, cuma kasihan dinamo starter standar. Yang ini saja mesti pintar starter agar setrum aki enggak tekor,” ujar Jimmy Hamdani, mekanik Schnell Motorsport.

Bore up 400 cc yang hasil aslinya 361,5 cc kata Jimmy didapat dari penggantian seher diameter 85,5 mm. Piston berdiameter besar itu dicomot dari motor Honda SR400. Dan biar enggak gampang menciut, liner silinder diganti boring mobil diesel yang tahan panas.
Seher pun digandeng setang seher Yamaha XT400. Kebetulan lubang pen di seher dan di setang tidak ada masalah. Cuma biar torsinya ikut naik, lubang pen di kruk as digeser.

“Enggak banyak sih. Cuma maju 2,3 mm dan total strokenya jadi 63 mm. Makanya paking silider bawah tebalnya 11 mm pakai aluminium,” imbuh mekanik di Jl. Tubagus Angke No. 38, Jakarta Barat itu.

Biar hasilnya maksimal, ruang bakar dikasih rasio kompresi aman yaitu 11,5 : 1. Semua didapat dari ubahan kubah dome bernut juga kepala piston yang diseting high comp. Lalu pembesaran ruang bakar disesuaikan payung klep gambot bahan titanum diameter 43/38 mm.

Begitu pun pasokan aliran gas bakar. Bensin Pertamax lewat karbu PM36, debitnya diatur kem yang punya durasi 265 derajat pada kem in dan out. “Cuma lubang in digedein jadi 36 mm dan lubang ex 32 mm biar tendangan balik gas bakar pas sama knalpot custom,” tunjuk Jimmy yang bilang pakai pengapian koil YZ125 dan CDI Rextor GRM AC.

Pantes sekarang pemiliknya lebih pede. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Sok depan : Kawaski D-Tracker
Lengan ayun : Pro arm Honda NSR SP
Monosok : Honda CS1 custom
Pelek : Honda NSR SP
Batok lampu : New Satria FU150

Yamaha Mio, Juara Matik Tune Up 200 cc Tanpa Naik Stroke!



Di ajang drag bike kelas Matic Tune up 200 cc, itu adalah kelasnya para ‘Monster’. Karena kelas ini dihuni oleh petarung andal seperti Eko Chodox, Hendra Kecil dan pembalap top lainnya.

Tapi, siapa sangka kalau Stevanus Nawier berhasil menapaki podium puncak di event Perwira Drag Bike di Purbalingga, Jawa Tengah beberapa waktu lalu. Apalagi, Yamaha Mio pacuannya hanya menggunakan paking lembaran untuk mendapatkan kompresi yang padat.

Artinya, kuda besi racikan Pele dari Pells Racing (PR), Solo, Jawa Tengah ini tanpa naik stroke. Olahan power didapat dari diameter piston yang padat mengumpan energi kalor saat diletik busi.

“Setang piston dan daleman kruk as masih standar semua, hanya naik cc dan mencari tenaga dari olahan piston Honda Tiger oversize 275. Jadi, diameternya sekitar 66 mm. Ketemu total kapasitas mesin 198 cc, dibulatkan jadi 200 cc,” cuap Pele yang klimis ini.

Gebukan piston NPP diameter 66 mm diaplikasi untuk memukul ruang bakar. “Kompresi cukup rendah sebenarnya, hanya bermain diangka 12,8 : 1. Itu karena saya cari aman agar piston enggak sampai pecah. Bahan bakar pun saya pakai oktan tinggi dari bensol. Agar power maksimal,” kata pria enerjik ini.

Olahan kompresi ini dikail dari ruang bakar model gentong. Ada beberapa model kubah sesuai racikan tunner, seperti model bathub dan lain-lain.

Namun Pele pede dengan ubahan kubah model gentong ini. Sebab dengan diameter piston besar, ruang kubah otomatis lebih lebar. Mampu menampung ukuran diameter klep yang lebih besar.
Makanya klep EE ukuran 34 mm untuk in dan ex 28 mm mampu dipasang tanpa takut nyundul piston. Sebab kubahnya memang lebar model gentong. Tak heran tenaga puncak dari ledakan piston begitu besar. Sebab model gentong mampu menampung bahan bakar yang banyak dan diledakan sempurna.

Sedangkan ubahan noken as masih seperti biasa. Klep in membuka pada 38 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup pada 67 derajat TMB (Titik Mati Bawah).

Untuk ex-nya durasi serupa klep in diaplikasi. Hanya dibalik saja. Yaitu, 67 derajat membuka sebelum TMB dab dan menutup pada 38 derajat setelah TMA. Racikan ini terbukti optimal apalagi lift kem juga tinggi. Sekitar 11 mm.

Yang unik, perangkat akselerasi alias racikan daleman CVT justru masih memakai komponen standar. Seperti pully, belt. Tetapi untuk roller, memakai ukuran berat 7 gram.

“Saya memang memaksimalkan komponen standar, seperti halnya kruk as asli. Untuk komponen CVT saya belum perlu melakukan upgrade karena material aslinya masih mumpuni digebuk kapasitas 200 cc,” Papar Arif Kurniawan, bos Pells Jambu Alas tempat Stevanus nawier bernaung.

Biar suhu di mesin tidak terlalu tinggi, butuh pendingan sempurna. Hal ini disiasati dengan aplikasi spuyer gajah. Kan bahan bakar, selain sebagai pembakaran, juga berfungsi sebagai pendingin.

Makanya, spuyer mengaplikasi pilot-jet 45 dan main-jet 128. Kombinasi ini pas dengan karbu NSR SP yang direamer jadi 31.5mm. (motorplus-online.com)

 
DATA MODIFIKASI
 
Ban depan: Eat My Dust 50/90-17
Ban belakang: Eat My Dust 60/80-17
Pelek: SPS
Sok belakang: YSS

Kawasaki Ninja 150R, Paket Hemat Kebut Harian



Banyak jalan bikin performa motor tambah dahsyat. Ada yang gila-gilaan ganti komponen racing, ada pula yang biasa tapi tetap berefek pada tenaga motor tersebut. Seperti dilakukan Didi Nurhadi mekanik D2M, pada Kawasaki Ninja 150R milik Koh Dai yang tinggal di Senen, Jakarta Barat.

“Koh Dai cuma minta Ninja 150R bisa ngebut harian. Rencana kalau sudah jadi mau dikirim ke saudaranya di luar kota. Tahu sendiri di kampung kan jarak antar kotanya lumayan jauh. Makanya motor mesti sip,” ucap Didi yang buka bengkel di Jl. Kapin No. 1, Kp. Baru, RT 08/08, Kalimalang, Pd. Kelapa, Jakarta Timur.

Karena maunya simpel, tanpa pikir panjang Didi tawarkan Koh Dai paket blok, seher, bandul kruk-as, karbu dan knalpot yang speknya lebih sip dari standar. Contohnya blok PDK gold 1855 dengan kode A, lalu dipadu seher standar tipe A dengan diameter 59 mm.
“Silinder blok aftermarket merek PDK Gold 1855 sudah terkenal bagus dan lebih awet. Terutama bagian liner (boring) yang enggak gampang baret apalagi mengkerut jika mesin sering diajak ngebut. Jadi, nggak perlu khawatir mesin mendadak ‘ngejim’ waktu gas dipelintir abis,” promosi Didi.

Tapi, biar sekarang spek blok mesin sudah oke, Didi mengaku belum puas dengan hasil yang ada. Makanya lubang-lubang aliran gas bakar pada blok silinder kembali diatur ulang posisinya. Salah satunya memangkas dinding liner bagian belakang yang menghadap ke membran.
“Bagian itu dipotong 10 mm, maksudnya untuk memperlancar aliran gas bakar masuk ke ruang crankcase. Kalau nggak dipotong, banyak terjadi turbulensi saat gas bakar mengalir ke kompresi primer. Makanya terjadi kerugian saat itu,” imbuh Didi yang bilang tetap pakai head standar PDK tanpa ubahan.

Sementara buat kejar putaran atas biar nggak nahan, lubang exhaust dipapas dari tinggi 32 mm jadi 31 mm diukur dari bibir atas lubang ex ke bibir atas lubang liner.

Adapun trik buat mendapatkan tenaga putaran bawah, Didi bilang kalau kruk-as asli diganti punya Ninja ZX Thailand (Ninja 150RR tahun 2006). Ubahan itu disesuaikan dengan teknik geser pulser biar timing pengapian maju plus-minus 5 derajat dari posisi awal.

Dengan racikan mesin seperti itu, Didi bilang kalau bensin Pertamax disemprotkan karbu Keihin PJ34 dengan setingan spuyer 42/140. Lalu gas bakar bukan cuma diatur debitnya, tapi juga ditahan membran asli yang terpasang di intake standar. Sisa bakarnya lantas di lepas knalpot CMS. Mantab. (motorplus-online.com)

 DATA MODIFIKASI
Setang seher: Standar
Head: PDK Standar
CDI: Ninja Thailand Kode 1454
Gigi rasio: 1 (11/25), 2 (18/28), 3 (25  skunder), 6 (primer 21)