HALAMAN

Sabtu, 15 Juni 2013

Kawasaki Ninja 250R, Bikin Heboh Pakai Turbocharger!


Kalau anak mobil sering menyebut istilah naturally aspirated pada modifikasi mesinnya, yang berarti ubahan dengan tetap mempertahankan suplai udara dari alam. Tuning-nya belum pakai forced induction seperti turbocharger atau supercharger. 

Bagi kebanyakan pemain mobil ubahan mesin naturally aspirated masih menjadi pilihan yang simpel, ragam part plug n play-nya banyak tersedia di pasaran untuk mendongkrak tenaga. Tapi tidak bagi Setyo Detri yang memilih forced induction dengan memasang turbocharger. 

“Value yang dihasilkan sama saja dengan naturally aspirated, tapi angka output power yang dihasilkan berbeda. Gue sangat suka perubahan angka,” jelas pria berkacamata ini. Eits... Entar dulu..!!! Yang sedang dibicarakan Detri bukan oprek mesin mobil bro! Tapi mesin Kawasaki Ninja 250R miliknya yang ternyata dijejali turbocharger. 

Ini baru heboh..!!! Belum banyak motor yang dipakai harian menggunakan turbocharger! Tak ayal ubahan yang Detri lakukan termasuk ekstrem, dua inovasi sekaligus berani ditampilkan. Mesin yang awalnya masih menganut karburator diubah menjadi injeksi, selanjutnya ikut disematkan turbocharger. Wah, anti-mainstream!!!

“Sebelumnya masih menggunakan karburator, ternyata kurang enak dipakai buat daily use,” alasan Detri yang sempat hopeless dengan ubahannya ini hingga akhirnya memutuskan untuk pakai injeksi. "Untuk mengkonversi ke injeksi dan soal elektronik dipegang sama Mas Nursianto dari Tecno Motor,” jelas Detri.

Bukan cuma satu bengkel, untuk pemasangan turbocharger masih ada dua pawang lagi yang terlibat pada proyek ini. “Untuk mesin diserahkan ke Mas Ade, instalasi Turbo dan piping ke Mas Timur, keduanya dari Private Engineer,” jelas Detri.
Ini dia pemompa udara segar ke ruang bakar. 
Perangkat forced induction ini mencomot 2 buah turbocharger. "Satu mereknya IHI Turbo dari Amerika dan yang satu lagi, Detri mengaku lupa mereknya. Maklum, pria ramah ini mendapatkannya dari junkyard. Kedua rumah keong itu kemudian dikanibal menjadi satu turbo yang sesuai kebutuhan. 

“Istilahnya turbo-hybrid, tujuannya agar bagian dingin lebih besar, sedang bagian panas sedikit lebih kecil,” kata Detri. Hal ini dilakukan lantaran Detri ingin putaran exhaust turbin yang maksimal untuk menghasilkan air ratio yang padat. “Pressure atau tekanan udara yang masuk ke throttle body jangan sampai turun, biar tidak ada lag,” jelasnya.

Ubahan pada mesin, yang paling utama adalah memainkan kompresi. Karena menggunakan turbo, otomatis kompresi harus diturunkan dari standar. ”Motor standar  11,6 : 1, sekarang jadi 8,2 : 1. Cukup dengan mengganti piston dengan merek Izumi, sekaligus dilakukan porting polish,” yakin Detri.
Pakai intercooler, blow off valve dan ECU standalone Mega-Squirt bikinan Mas Nurik. 
Nah, yang terakhirnya soal konversi injeksi, boleh dibilang ini merupakan karya fully customized mulai dari throttle body, injector, wiring, hingga ECU (engine control unit) sebagai otak pengatur debit bahan bakar. Khusus yang ini dikerjakan oleh Nursianto atau yang terkenal dengan nama Nurik, namanya sudah santer di dunia turbo. 

Fuel pump pakai Mercedes 300E dengan fuel pressure regulator Sard dan diteruskan ke injektor kepunyaan Toyota. Sedangkan throttle body pakai punya Mitsubishi Lancer GT-I. Pengapian, Nurik cangkok ignition Mitsubishi Eterna. Koil Toyota, kabel busi Corolla. “ECU standalone pakai Mega-Squirt bikinan Mas Nurik, sekaligus mapping juga,” terang Detri.

Hasilnya pada putaran sekitar 7.000 rpm dan boost pressure 1 bar bisa dihasilkan peak power 69,1 hp dengan torsi 37 Nm dk on wheel. “Ini dites dengan bahan bakar Avgas,”  bangga pria yang berdomisili di Pondok Indah, Jakarta Selatan.
 Sensasi cesss.. cesss... tiap pindah gigi. Biasanya ada di mobil, kini di motor...!!! 
Karena masih dipakai untuk harian, untuk tekanan boost minta diturunkan menjadi 0,7 bar alasannya karena menggunakan bahan bakar pertamax. “Setelan wastegate diubah biar tekanannya turun, sekarang tenaga yang dihasilkan 59 Hp dengan torsi 33 Nm,” jelas Detri yang sehari-hari berkerja di bidang properti ini. 

Perangkat blow off valve menggunakan keluaran HKS agar tekanan yang berlebih dapat dikontrol, suara khas mesin turbo acap kali terdengar. Cesss.. Cesss... Tidak ketinggalan kapasitas oli mesin ditambah 100ml karena mencangok turbocharger. “Semula banyak yang beranggapan mesin tidak bakal kuat, tapi nyatanya selama ini tahan kok,” bangga Detri.

Oh iya ada yang kurang tuh, bro. Turbo timernya kok gak ada? Pasang bro, biar lebih awet he..hee.. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI :
Piston : Izumi customized (Low Compression)
Perbandingan kompresi: 8,6 : 1
ECU : Mega-Squirt by Techno Motor
Throttle body : Mitsubishi Lancer 1.6L
Injector : Bosch
Fuel pump : Bosch milik Mercy 300E
Koil : Denso (Toyota 1UZ-FE)
Turbocharger : Hybrid IHI
Blow off Valve : HKS


Yamaha Jupiter-Z, Galak Pakai Pengapian Yamaha YZ125


Keperkasaan Akbar Taufan dengan Yamaha Jupiter Z miliknya terus berlanjut di kejurnas grasstrack region 2. Usai melenggang di seri perdana di sirkuit MPS di Pandeglang, Banten, kini Jupiter itu mampu menghantarnya berdiri di podium tertinggi di seri ke-2 di Tulungagung, Jawa Timur.

Tapi, ada perbedaan seting yang diterapkan antara seri I dan seri II. “Jika sebelumnya memakai pengapian milik Yamaha YZ250F, kini coba bermain dengan Yamaha YZ125,” ungkap Imam Syafei, peracik engine Jupiter milik Akbar ini.

Ada alasan kenapa Imam coba menyuguhkan pengapian set milik YZ125. Yaitu, soal limiter CDI. Ketika menggunakan pengapian YZ250F, limiter CDI hanya bisa bermain di 12.000 rpm saja. Sedangkan putaran engine Jupiter yang diubah buat keperluan balap, bisa tembus diatas itu.
“Ketika pakai CDI YZ250F, memang bisa diprogram. Tetapi untuk limiter enggak bisa diapa-apakan. Maka itu, coba ubah pakai milik YZ125 yang limiternya bisa bermain di 13.500 rpm,” ungkap Imam yang asli Semarang, Jawa tengah.

Selain itu, keunggulan pengapian YZ125 yang didukung CDI Vortex, memiliki magnet yang lebih kecil ketimbang YZ250F. Jadi, buat main di putaran atas lebih bagus ketimbang hanya memainkan torsi saja. Maka itu, Akbar yang membawa bendera tim Cargloss AHRS 86 Tech Swallow Try-Ink pun mampu melesat cepat di trek lurus.

Permainan pengapian set milik YZ125 ini juga didukung dengan pemakaian pelatuk klep model roller. Tuner 42 tahun ini coba mengganti pelatuk klep konvensional Jupiter dengan mengaplikasi pelatuk klep Honda Blade. Tentunya, ada penyesuaian di dudukan pelatuk klep dan kem itu sendiri.
“Bumbungan kem dibuat menjadi lebih membulat, tak seperti sebelumnya yang model tirus. Lift klep juga bisa dibuat lebih tinggi dengan aplikasi pelatuk klep ini,” beber tuner yang racikan mesinnya banyak diandalkan tim-tim luar Jawa.

Setelah membuat durasi kem menjadi 273 derajat, tinggi bukaan klep isapdipatok bermain di 9,3 mm. Begitu juga dengan lift klep buang. Diseting di angka 9,2 mm. Klep sendiri, mengaplikasi milik Honda Sonic dengan diameter 28 mm (in) dan 23 (ex). Lobe separation angle (LSA) kem yang diterapkan Imam di Jupiter ini, bermain di 103 derajat.

Hasil ubahan yang dilakukan ini, membuat Imam mengandalkan rasio kompresi mesin yang tak terlalu tinggi. Yaitu, cukup 13,5 : 1. Tetapi hasilnya, mampu membuat Akbar menguasai point klasemen di region 2 tuh. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Piston : Daytona (55,25 mm)
Karburator: Keihin PWK 28 mm Sudco
Main/ pilot jet: 108/50
Sok belakang: Kayaba
Knalpot: AHRS
 

Yamaha Jupiter-Z, Kejar Power Teratur


Bermain di Kejurnas MotoPrix Region 2 seri II, Purwokerto, Jawa Tengah lalu, pacuan Sulung Giwa terlihat stabil. Pembalap andalan Yamaha Yamalube NHK 3M FDR Ridlatama (YYN3FR) teratur mengumpan power dari mesin ke roda belakang. Padahal, posisi start hanya pada grid ke-4.

Artinya, ada tiga pembalap di depannya, dengan kecepatan yang lebih baik. Apalagi sempat fight dengan Willy Hammer dari tim Honda Rinjani MPM NHK Kawahara, lebih dari setengah race yang keliling 20 putaran sirkuit GOR Satria Purwokerto. Ternyata, kuncinya mengatur tenaga optimal untuk sirkuit yang berakter high speed ini.

Sirkuit GOR Satria memiliki karakter yang unik. Dengan jarak 1 kilometer, tetapi dihiasi 10 tikungan. Iya, tikungan ke kanan dan ke kiri juga dong. Walaupun punya trek yang tak terlalu lebar, namun bertipikal rolling speed. Hanya satu chicane yang cukup memperlambat laju kuda besi balap.

“Makanya, saya fokus putaran menengah dan atas. Akselerasi atau power bawah sedikit dikorbankan. Namun mesin awet dengan rasio kompresi 13,5 : 1,” buka Widya Krida Laksana, tukang korek mesin andalan YYN3FR.

Gebukan kompresi yang dibakar bensol ini ditahan oleh piston Daytona berdiameter 55,25 mm. Komposisi ini pas untuk kelas MP1 yang boleh bore up untuk pacuan 125 cc seeded. Kan aslinya Jupiter-Z hanya 110 cc.
Tak heran kalau power terlihat halus setiap keluar tikungan. Karakter Sulung Giwa yang cenderung seradak-seruduk, mampu mengikuti ritme dan karakter sirkuit. Caranya, karburator diseting sedikit basah dengan komposisi pilot jet 62 dan main jet 118 yang disemburkan Keihin PWK Sudco 28 mm.

Apalagi race MP1 alias 125 seeded ini start pada siang hari. Yaitu, pukul 13.30 WIB dengan cuaca terik matahari yang lagi lucu-lucunya. Wajar kalau butuh setingan karbu basah.

“Jika karbunya diseting kering, mesin bakal teriak dengan kehabisan power. Yang bahaya, mesin bisa-bisa overheat dengan resiko piston macet,” yakin Gendut saapaan gaul mekanik muda ini.

“Untuk noken as, masih seperti korekan lama dengan lift klep dibuat 9,4 mm. Tapi, racikan paling mujarab, ada pada kombinasi rasio. Gigi I, 13/33 mata. Gigi II, 18/32 mata. Gigi III, tetap pakai standar dan gigi IV main di 21/24 mata,” jelas Gendut yang giginya kering karena Sulung juara. Senyum terus sih. Ha,ha,ha...

Racikan rasio tersebut, membuat lengkingan mesin tidak menjerit kehabisan power. Tapi, tetap melaju halus dengan final gear 14/42 mata sesuai permintaan power mesin yang stabil.

Selamat!. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban : FDR MP 76 90/80-17
Pelek : SSS 1,60 x 17
Sok belakang: Penske
Klep: Sonic
Karbu : Keihin PWK Sudco 28
 

Honda Sonic, Langsung Menang Berkat Head CBR250R!


Honda Sonic yang didatangkan langsung dari Thailand ini, mampu membuktikan dominasinya. Tim JFK Vincent’s Marcelio AMS Oil asal Semarang, Jawa Tengah, menurunkannya di kelas Bebek Tune Up s/d 200 cc.

“Motor ini kita beli dari salah satu tim drag bike yang ada di Thailand. Baru pertama ini ikut kejuaraan drag di Indonesia,” buka Marlon selaku pemilik tim.

Kelas yang sebelumnya menjadi langganan Suzuki Satria F-150 untuk naik podium, kini mulai terusik dengan kedatangan motor yang aslinya hanya 125 cc ini. Meski pertama diadu, pacuan ini sudah langsung jadi yang tercepat dengan torehan waktu 7,394 detik di trek 201 meter.
“Terus terang, setingan motor ini dilakukan di Thailand. Kami diberikan manual book untuk perawatan dan penggantian komponen,” terang pria yang punya usaha pengolahan plastik ini.

Walau agak sedikit tertutup dengan teknologi yang dibenamkan pada motor itu, tetapi kita akan coba kupas lebih dalam. Sonic ini, mengandalkan kepala silinder dari motor sport Honda untuk gantikan kepala silinder aslinya.

“Untuk kepala silinder, pakai Honda CBR250,” tambah Barra Weda, joki tim yang ikut ambil motor ini di Thailand. Dengan aplikasi kepala silinder dari CBR250, diyakini pasokan bahan bakar yang masuk ke ruang bakar semakin sempurna.
“Selain itu, jadi enggak perlu lakukan pembesaran katup isap dan katup buang,” jelas Barra. Kelebihan lainnya, head silinder CBR 250 terdapat dua kem yang masing-masing kem tersebut menggerakkan dua katup.

“Berbeda dengan yang ada pada Satria F-150. Tiap camshaft terdapat dua bumbungan yang masing-masing menggerakkan katup. Kalau di CBR250, satu kem menekan dua katup. Ini yang membuatnya lebih efisien,” sambung Fendi P. Novian rekan satu tim Barra.

Efeknya, jadi lebih efisien dari segi gesekan maupun bobot mesin. Akhirnya, membuat akselerasi lebih cepat digapai. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Piston: Hi-Speed
CDI: Sindengen
Pompa radiator: Mitsubishi
Koil: Denso5
 

Yamaha Jupiter-Z, Kejar Power Teratur


Yamaha Jupiter-Z ini jadi andalan Widodo yang kerap turun latihan balap di Sirkuit Gokart Sentul, Bogor, Jawa Barat. Malah, bukan hanya di Sentul.

Untuk bertarung di trek Monasco pun, Dodo suka pakai ini. Penasaran dengan hasil garapan bengkelnya sendiri Dovi Racing Team (DRT), Dodo ikuti fun race di Sentul beberapa waktu lalu. “Hasilnya, menang di kelas 125 cc,” senang Dodo.

Jurus jitu pertama yang dilakukan Dodo, ganti penggebuk ruang bakar pakai diameter 54 mm dari FIM Piston. “Bibir piston saya buat mendem sekitar 0,5 mm dari atas blok silinder. Kondisi ini bikin mesin jadi square. Iya, karena kondisi stroke dan bore sama. Ya, 54 mm. Power merata,” sebutnya.

Untuk memperlancar pasokan bahan bakar, Dodo aplikasi karbu Keihin PE24 mm. “Karburator direamer lagi sekitar 2 mm. Sekarang jadi berdiameter 26 mm,” kata Dodo. Sekadar untuk bisa membuat motor kencang, trik yang dilakukan Dodo ini memang tak terlalu ekstrim pada ruang bakar dan karburator. Makanya, kompresi cukup bermain di angka 11,5 : 1. Toh masih aman buat ‘minum’ Pertamax Plus.
Ubahan lainnya, seperti kem orisinal masih dipakai. Tapi, dicustom ulang hingga berdurasi 250 derajat. “Fokusnya, buat kejar atau ngisi tenaga di putaran bawah. Biar lebih galak,” tambahnya.

Sebagai penyalur power dari engine, area kopling juga diobok-obok. Kampas kopling, pakai punya Suzuki FR 80 yang dikombinasi per kopling Suzuki Smash.

Alasan kampas kopling pakai punya Suzuki FR, karena dirasa lebih kuat dan lebih tebal. “Sedangkan pemakaian per kopling Smash, bentuknya lebih renggang tetapi kuat,” tutup Dodo dari Jl. Utan Panjang 3, Kemayoran, Jakarta Pusat. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban : FDR 90/80-17
Ban belakang : Battlax 140/70-17
CDI : BRT Dual Band
Koil : Suzuki RM 85
DRT : 0838-9319-2977

Yamaha Jupiter-Z, Andalkan Big Krus As Untuk Drag Bike


Diantara banyaknya jenis kuda besi pacuan yang meramaikan di kelas Bebek Tune Up s/d 200 cc, Yamaha Jupiter-Z tahun 2008 ini tetap mampu memberikan perlawanan.

“Bahkan beberapa kali mampu mencatatkan waktu terbaik di event dragbike,” buka Totok dari Pells Top Jaya Ronex pemilik motor yang menyerahkan pengerjaan motor ini pada Muh. Arif Sigit Wibowo alias Pele.

Apa rahasia dari Jupiter-Z racikan bengkel Pells Racing yang ada di Boyolali, Jawa Tengah ini. Sehingga, mampu mencetakkan best time 07,49 detik.

“Yang jelas jeroan mesin telah didesain ulang, terutama desain kruk as-nya diperbesar bandulnya,” bisik Pele. Kruk as standar Jupiter-Z yang diameternya 96 mm ditambah daging dan dibentuk ulang hingga kini diameternya jadi 102 mm.

Big end atau pen kruk as aplikasi milik Suzuki Shogun atau Suzuki Smash. Sedangkan Setang seher, adopsi milik Yamaha Mio. Tapi, dengan penambahan diameter kruk as sebesar itu, menyebabkan ruang karter juga mengalami pembesaran.
Ternyata dengan pembesaran kruk as mentok juga pada gigi rasio. Sehingga mekanik harus berpikir ulang untuk menyesuaikan gigi rasio dengan pembesaran diameter kruk as.

“Akhirnya aku buatkan sendiri gigi rasio yang sesuai dengan perbandingan. Gigi I, 15/33. Gigi II, 18/31, Gigi III, 19/27 dan gigi IV, 22/23,” jelas mekanik yang beralamat di Jl. Tinawas, Kec. Nogosari, Boyolali.

Lalu, rasio kompresi mesin dibuat jadi 13,8 : 1. Ini tercipta dari pemakaian piston forging dari Kawahara Racing diameter 66 mm,” tambah mekanik yang sebelumnya lebih familiar dengan matik ini sembari bilang big end digeser 2 mm biar stroke jadi 58 mm.

Dengan ubahan itu, perlu diimbangi juga dengan pemasukan bahan bakar yang lebih maksimal. Urusan supply bahan bakar ke ruang bakar dipercayakan ke karbu Keihin PE 28 yang sudah direamer jadi 31 mm. (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Pelek: Kawahara Racing
Knalpot  : Kawahara Racing
CDI: Kawahara Racing
Sok belakang: YSS
Pells Racing: 0812-297-1361
 

Yamaha Mio, 300 cc Tapi Lembut!


Meski Yamaha Mio ini sudah berkapasitas 300 cc, tetapi karakternya lembut diawal. Tetapi, melesat bak jet di putaran atas. Jarak 201 meter, tembus 7,015 detik.

Hal tersebut diakui Bara Weda sang joki dari tim Marcelio Frogz VRG Yong Motor yang bermarkas di Semarang, Jawa Tengah. “Tenaga bawah halus tapi lewat 100 meter motor melesat bagai jet,” beber joki asal Semarang, Jawa Tengah ini.

Yong Mustofa dari Yong Motor Nano Nano ART yang bermarkas di Kemayoran, Jakarta Pusat, jadi otak dibelakang ngacirnya Mio ini.

“Untuk menjadikan motor matik melesat cepat, torsi mesin menjadi fokus pengerjaan,” beber Yong. Untuk menaikkan torsi, ditempuh dengan jalan memanjangkan langkah piston.
Karburator Keihin PE 20 mm di reamer jadi 34 mm, Magnet tetap standar untuk kail torsi besar, Knalpot bawa dari Thailand.
Langkah piston yang standarnya 57,9 mm dinaikkan jadi 86 mm. Selanjutnya untuk mendukung kinerja, piston dipasangkan dari merek LHK yang mempunyai diameter 66 mm. Sehingga didapatkan kapasitas mesin yang tembus di angka 294,5 cc.

“Motor matik membutuhkan torsi yang besar untuk memulai awalan, disini peranan dari langkah piston yang disetting cukup panjang,” sambungnya.

Buat imbangi besarnya volume ruang bakar, klep in pakai diameter 34 mm, ex 30 mm. Klep diambil merek SPS yang punya diameter batang 5 mm. (motorplus-online.com)